Seseorang yang menginginkan akhirat (Imam menyebutnya murid)
memulai perjalanannya menuju takwa dengan 'kebangkitan', yaitu ketika hatinya
disentuh oleh inayah Allah dan hidayahnya, yang mendorongnya untuk menghadap
kepada Allah dan kepada negeri akhirat serta berpaling dari dunia yang
berkonsekwensi siksaan.
Kebangkitan semacam itu umumnya terjadi pada waktu
seseorang dilanda kecemasan dan ketakutan, harapan dan keinginan yang besar,
merindukan sesuatu, memandang Ahlullah atau ditatap olehnya, namun boleh jadi
tanpa sebab.
Nafahat (demikian hadis menyebut kebangkitan yang dimaksud)
pantas ditunggu-tunggu, dan sewaktu telah menyentuh hati patut disyukuri
meskipun syukur hamba tidak akan pernah mencukupi; harus bersungguh-sungguh
menguatkannya, menjaganya agar tidak memudar, dan memenuhinya dengan segera
kembali kepada Allah dan memperbaiki penghadapan kepadanya.
Sebelum nafahat itu menyentuh hati, lebih-lebih sesudahnya,
berhati-hatilah dengan kebiasaan menangguh-nangguhkan beramal atau
bermalas-malasan. Berhentilah beralasan belum luang waktu dan belum punya saat
yang baik. Teruslah berjalan kepada Allah meski dengan tertatih-tatih dan
terpatah-patah!