Syarah Kisah kemunculan al Mahdi
Oleh: Ustadz Benjamin Adz Zhohiri, halldzahulloh
Mengenai “as Saffah” alias “al Mahdi”
Bismillah...
Saya sampaikan di sini bahwa kisah kedatangan as Saffah alias Imam Mahdi ke Makkah,
maka telah banyak terjadi kesimpangsiuran pemahaman dan yang paling pupuler seolah-olah
sosok al Mahdi itu dibai’at pertama kali oleh ahli Makkah, padahal hal ini keliru, sebab
dalam riwayat Imam Ahmad dikatakan bahwa penduduk Makkah justru menolak kedatangan
al Mahdi pasca wafatnya seorang pemimpin di sana serta pembunuhan atau peperangan tiga
orang anak-anak dari pemimpin itu. Maka di sini akan dijelaskan dan diterangkan hal
tersebut.
Al Imam Ahmad dan juga al Baihaqi meriwayatkan suatu hadits, yang mana hadits ini
mengisyaratkan bahwa sosok al Mahdi sebelum penduduk Makkah memberikan bai’at
kepadanya, maka dia sesungguhnya telah dikenal dengan nama ‘as Saffah’ dengan sanad-
sanad riwayat sebagai berikut:
Riwayat Imam Ahmad:
‘i! Jii ; Jii
i W
‘dari Utsman bin Abu Syaibah menceritakan kepada kami dari Jarir dari al A’masy dari
Athiyyah al Aufi dari Abu Said al Khudri, dia berkata, Rosulullah ® bersabda:
‘f A (JLaII ajUaC.} ^ ^ cA 1 J k h y U? ^ ’ Ag M .lic. ^
‘ketika terputusnya jaman (maknanya umat hidup tanpa kekhalifahan) dan muncul fitnah-
fitnah (yakni fitnah sarra, ahlas, duhaima dan ad dajjal) akan keluar seorang laki-laki yang
disebut as Saffah yang dia memberikan harta tanpa dihitung-hitung’
[‘Musnad Imam Ahmad dari Musnad Abu Sa’id la Khudriy’]
Adapun riwayat al Baihaqi (yang merupakan syarah dari riwayat Imam Ahmad):
si jjoij 0 1 ».aj.i ( yc. jjdl A daC. ( yc. : VvS-. • ’
‘Mengabarkan kepada kami, Abu Abdullah al Hafidz dan Abu Abu Sa’id bin Abu
Amru,keduanya berkata, dari hadits al Abbas bin Muhammad bin Ya’qub dari dari Ahmad bin
Abdul Jabbar dan dari Abu Mu’awiyah dari al Ama’sy dari Athiyyah al Aufiy dari Abu Sa’id
al Khudri, Rosulullah ?8 bersabda:
‘f iJLdl ajUaC-j ^
“ LJ“ J ,L
‘Ketika terputusnya jaman (maknanya umat hidup tanpa kekhalifahan) dan muncul fitnah-
fitnah (yakni fitnah sarra, ahlas, duhaima dan ad dajjal) akan keluar seorang laki-laki yang
disebut as Saffah yang dia memberikan harta tanpa dihitung-hitung’
[‘Dalailul Nubuwwah Juz 6’ Bab ul j- sAkd l ajg <jj tu cdL jc. yi U’
hlm ...]
Berkata Imam Ibnu Katsir:
‘Isnadnya sesuai syarah ashabul sunnan, namun mereka tidak meriwayatkannya’
[‘al Bidayah wa an Nihayah Juz 9 Pasal ‘(jUdji & jLSj ^LaJI ^ aJjj J-^y '
hlm 280-281’]
[Saya katakan: ‘hadits riwayat Imam Ahmad menunjukan bahwa ketika pertama kali
muncul, sosok calon al Mahdi dikenal sebagai as Saffah’, ketika itu orang-orang tidak
mengetahui bahwa dia adalah seorang pemimpin ‘al Ghuroba’ yang berasal dari Bani
Hashim, yakni dari kalangan Ahlulbait Nabi ®. Sedangkan pada riwayat Imam al Baihaqi,
sosok as Saffah itu ditegaskan dengan lafadz bahwa dia sejatinya berasal dari Ahlulbait Nabi
yang ini menunjukan tahapan kemunculannya dari dikenal sebagai sosok as Saffah kemudian
orang-orang mengenal nasab-nya dari Ahlulbait Nabi, yakni dari Bani Haashim al Quraisy]
Perihal sosok “as Saffah” sebagaimana disebutkan dalam riwayat Imam Ahmad dan al
Baihaqi, maka Ibnu Katsir mengomentarinya:
Us s-1 AU 2j! 21 u' AA , jAGli Us £lILil ulj
^jJj ( _jc. j^AU-dl jjac ( jc. 4 x-iq I ^1 ( _jc. J ^1 ? jU^. j ygjj A3 A_jli jA IUj
*UUl A'-! 3 ol ls- 3 aUU ^llldl ^olc- ^1
‘Adapun as-Saffah, sebagaimana telah dikemukakan bahwa dia akan keluar di akhir jaman,
maka jauh kemungkinannya dia adalah Khalifah pertama Bani Abbas (yakni Abdullah
Muhammad al Abbasi alias as Saffah), jadi kemungkinannya adalah khalifah lainnya dan
inilah yang benar; karena Nu’aim bin Hammad telah meriwayatkan hadits dari Ibnu Wahb
dari Ibnu Lahi’ah dari Yazid bin Amr al Ma’afiri dari Tadum al Himyari dan dia mendengar
dari Tubai bin Amir berkata “as Saffah akan hidup selama 40 tahun, namanya dalam Taurat
adalah Thairah as Sama/burung langit’
Kemudian Ibnu Katsir berkata:
‘ U.ioll J (J^jdl ‘GUij/ eUdl (j-a-j^^ ygl-^hoiJ U ,uU3l' L5 3 A laj ygjll UI 4 (jj^j 43 J...’
‘Hal itu (mengenai as Saffah) adalah sifat dari al Mahdi yang akan muncul di akhir jaman,
dikarenakan banyaknya dia menumpahkan darah demi menegakan dan menyebarkan
keadilan...’
[‘al Bidayah wa an Nihayah Juz 9 Pasal lMj ls-h kijp Cf- 1
‘pyjV hlm 282-283. Perkara “as Saffah” disebutkan Nu’aim bin Haimnad dalam Kitabnya
“al Fitan no 272”]
Saya katakan: bahwa hujjah Ibnu Katsir itu didukung bukti yang kuat, dikarenakan al Mahdi
akhir jaman adalah Mujaddid yang muncul tiap 100 tahun sebagai mana sabda Rosulullah ®:
O * f S ' •? 0
IgJ J.ldj Jja AjLg 3S (jdj) ( _ 5 Ac. AaVI
u >
‘Setiap seratus tahun Allah mengutus kepada umat ini seseorang yang akan memperbaharui
agama ini (dari penyimpangan)’
[Sunan Abu Daud Kitab ‘Peperangan Besar’, no 3740 ]
Saya katakan:
‘Sementara kenyataannya “Abui Abbas as Saffah” yakni Khalifah pertama Bani Abbas yang
juga dikenal gemar menumpahkan darah dan sosok yang senang memberikan harta tanpa
menghitung-hitung, maka dia muncul dan dibai’at pada Jum’at 13 Rabiul Akhir tahun 132
Hijriyah; yakni 30 tahun sejak wafatnya Mujaddid pertama Islam yakni Umar bin Abdul
Aziz. Dengan demikian, secara hitungan waktu kemunculan, maka sosok “as Saffah” Bani
Abbas bukanlah yang dimaksudkan dalam hadits riwayat Imam al Baihaqi dan Imam Ahmad;
dan hujjah Ibnu Katsir sangat kuat dalam perkataannya pada perkara ini bahwa as Saffah itu
tidak lain adalah nama lain dari ‘al Mahdi’
Sebab al Mahdi dikenal dengan “as Saffah”:
Dia dikenal sebagai “as Saffah”, dikarenakan aksi-aksi amaliyyahnya dalam menegakan amar
ma’ruf nahi mu nk ar dengan memerangi para pelaku bid’ah dan kedhaliman, demi menegakan
keadilan. Diriwayatkan dari Imam al Baihaqi perihal suatu kaum yang memerangi Ahli
Fitnah, di akhir jaman:
6 "*• ^ 'J' J)J L-ljdtJ dll Jjc. Lj^)±kl ^ JJ JjUakll (dj—adi J)ljaiaJI ^jl Lj^)±kl
d^d iy S| ^ :d^3 II e. ^lxll J)j ^■ ;d^ ,‘- r dAa]l Jjj c-l lac. Jjc. 5
‘Mengabarkan kepada kami al Husain bin al Fadhl al Qathaniy di Baghdad, mengabarkan
kepada kami Abdullah bin Ja’far bin Darosatawiyah dari hadits Ya’qub bin Sufyan dari al
Hajjaj menceritakan Haimnad dari Atha bin as Sa’ib dia berkata, aku mendengar
Abdurrahman bin al Ala al Hadramiy, dia berkata aku mendengar dari Nabi ® beliau
bersabda:
‘Jjjdl d*l (J^ jjg-iJj ^^^J^l ^j^I dk* ^»^9 4 aVI Idfc ^)dl ^9 'J 'A: L11 'd]’
‘Sesungguhnya akan ada di akhir (jaman) dari Umat ini suatu kaum yang mana mereka
membawa kembali atau diibaratkan mereka menegakan kembali/ memerintahkan amal
ma’ruf nahi munkar, dan mereka memerangi (atau membunuh) ahli fitnah-fitnah’
[‘Dalailul Nubuwwah Juz 6’ Bab j- sAkd l Ca ^ u^ '- A ’
hhn 513]
Maka jelaslah dalam perkara ini, nama awal dari al Mahdi adalah “as Saffah”.
Walhamdulillah...
bersambung...
Awal Kemunculannya (as Saffah ke Hijaz/Makkah) 02:
Bismillah..
Nubuwwah wafatnya seorang pemimpin Hijaz dan peperangan atau pembunuhan atas tiga
orang anak-anaknya (setelah kematian sang pemimpin); diriwayatkan dalam banyak hadits,
yang semuanya mengisahkan wafat atau matinya seorang pemimpin. Hal ini menjadi titik
awal pergerakan as Saffah ke Hijaz, sebagaimana sabdanya:
Riwayat al Baihaqi dan juga Ibnu Majah:
Kisahnya terambil dalam riwayat Imam al Baihaqi dengan isnad dan matan sebagai berikut:
Sanad riwayat Ibnu Majah:
L ' L1 S-- clW Aakij aAA. a tilik
‘menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya dan Ahmad Yusuf dari Abdurrazzaq
(seterusnya sama dengan riwayat al Baihaqi)’
Jalur pertama dari riwayat al Baihaqi:
dj.1^. d Al' Ajjjoi ^ UjA^. AU ^J2i\ ^ Aa^I Ujokl’
‘Mengabarkan kepadaku Ali bin Ahmad bin Abdaan, mengabarkan kepadaku Abu al Qaashim
at Thabarani dari hadits Ibrahim bin Suwaid al Syabaamiy dari hadits Abdurrazzaq’
Jalur kedua:
Aa^I aill Ajc. UjA^. ? a!a*_ij ^jljl (jd dk ^ ^ ^ ^ *&! Ajc. aill Aj c. J
IjC- (jc- ? <dAkJI JllLk <jc. U^>±kl ,[_3^ Ajc- UjAi. ^ _ '...K Aja-> (jj t_l jixj UjAa.
^ liil (JU ‘tj tS ^IajojI : 5
‘Mengabarkan kepadaku Abu Abdullah al Hafidz, mengabarkan Abu Abdullah Muhammad
bin Mukhlad Ibnu Aban al Jauhariy al Baghdadiy, menceritakan Abdullah bin Ahmad bin
Ibrahim ad Dauraqi, menceritakan Ta’qub bin Humaid bin Kaasib, menceritakan Abdurazzaq
menceritakan ats Tsauri, dari Khalid al Hadzdza dari Abu Qilabah dari Abu Asma dari
Tsauban (maula Nabi) dari Rosulullah ®8 , bersabda:
‘^1 <djjLa Cy? yj j .:'^'■ ^ iAk aIj k Aa Aic. iJjkj
9 , w , J { *t g ' , 0 , * „ * -O
££A£a]I <iilk 4_jl3 ,^b]l I^jk ylj a jjl9 yi» ^ IaIa ? ^£A£a]I aill <iilk yj ^L^JIa lyjjjy
‘Akan berperang di sisi perbendaharaan kalian ini (yakni Makkah) tiga orang, semua mereka
adalah putra-putra khalifah, tidak sampai (kekuasaan ini) jatuh kepada seorangpun dari
mereka kecuali satu orang dari mereka, hingga datang panji-panji hitam dari Khurasan; yang
membunuhi kalian dengan pembunuhan yang belum pemah mereka lihat sebelumnya, lalu
datang Khalifatullah al Mahdi, bila kalian mendengar (peristiwa itu), maka berbaiatlah
kepadanya sekalipun harus merangkak di atas salju (es), karena sesungguhnya dia itu
Khalifatullah al Mahdi’
[‘Dalailul Nubuwwah Juz 6’ Bab 4il cs-'- 3 u? urA ^ ^ ^ b»’
hlm 514]
[Diriwayatkan Imam Ibnu Majah dalam Sunan-nya Kitab ‘u^ 1 ’ Pasal <rno 4074.
Isnad-nya bermuara pada Abdurrazzaq yakni sama dengan riwayat al Baihaqi dan didhaifkan
oleh Albani (yakni pada matan-nya yang berbunyi "Khalifatullah"]
Berkata Ibnu Katsir:
‘6' jjJ' ijc. jjii :Jli ^ 5 jjl jjil Alt (jc. (j* oljjj’
‘diriwayatkan oleh al Baihaqi dari beberapa jalur, semuanya dari Abdurazzaq dan ia
(Abdurazzaq) meriwayatkannya secara gharib (menyendiri)’
[‘al Bidayah wa an Nihayah Juz 9 Pasal ‘oLJja. j* <=A>$k> J-Aj <_A d>i Cf- j’AA 1
pgijV hlm 278]
Mengenai Ibnu Abdaan:
6 <Jl9J ^kliA^ ^^9 jVI A i 9jt Aa^ ^ ^ Ajc. j
\ ti^\l jj-A-a’
‘Dia adalah Abdul Malik bin Muhammad bin Abdullah al Roqoosyii, yang mana haditsnya
ada sedikit ‘al wahm’, sedangkan ad Daaraqutniy menyebutkanya ‘shoduuq’ walau banyak
salah’
[catatan kaki pada ‘Dalailul an Nubuwwah’ Juz 6 hlm 515]
[Aku katakan: hadits itu isnadnya shahih dan rowi-rowi tsiqah, hanya saja sebagaimana yang
dikatakan al Baihaqi dan Ibnu Katsir, semuanya melalui jalur Abdurrazzaq dan hal ini
menjadikan hadits ini ‘gharib’, pada riwayat Ibnu Majah hadits ini didhaifkan oleh Albani
dengan sebab ada kata-kata gharib menurutnya, yakni ‘Khalifahtullah’]
Riwayat Sahih Muslim:
'V;?’ 1 ‘•"u ILa Jill (J _jiuj U J jifl9 ^ d t a j A jlr- aill 2jl (J j Ciut ;Cllll9 Ajijlc. (jl (jj aill Juc. (jc.
9 , 05, , 0 .g , 0 j[ J| ,,
eljjjlb I jjis lil ci±u\[j UJ Clmllj LLjIj (jl J v^all <j£j cILgIIa
Dari Abdullah bin az Zubair, sesungguhya Aisyah telah berkata: ‘Suatu ketika Rasulullah ^8
pernah bergerak-gerak dalam tidurnya, kami berkata: Wahai Rasulullah, dalam tidurmu
engkau telah melakukan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya. Beliau
bersabda: ‘ajaib, sesungguhnya ada beberapa orang dari umat-ku yang menuju Baitullah
(untuk menyerang) seorang Quraisy yang berlindung ke Baitullah. Saat mereka telah sampai
di padang pasir, merekapun dibenamkan...
[Shahih Muslim ‘Kitab Fitnah’, no 5134 ]
[saya katakan: Hadits riwayat muslim ini menunjukan yang mengejar ‘as-Saffah’ alias calon
al Mahdi adalah orang-orang Syams yang berseteru dengan ‘as-Saffah’ dan mereka membaur
dengan konvoi para Jemaah haji...dalam lafadz ini Nabi mengunakan kata-kata ‘naasaan min
ummatiy’ (semakna dengan kalimat ‘jika kalian berpaling dari dien ini’), yang kalimat ini
juga bermakna mereka itu berasal muslimin...selain itu, pada matan hadits ini nabi
mengunakan lafadz ‘rojulin min Quraisyiin’. Hadits ini menunjukan bahwa as Saffah alias al
Mahdi itu datang ke Maltkah setelah Makkah berhasil ditaklukan oleh para Mujahiddin,
dengan demikian kedatangan as Saffah alias al Mahdi dengan beberapa pengikutnya ke
Makkah, bukan sebagai seorang pelarian, namun ia kesana menyusul pasukan mujahidin
yang telah membuka jalan kepadanya yakni maknanya ‘telah dilapangkan’ terlebih dahulu
oleh para pendukungnya]
Dalam riwayat Abu Daud:
AjiL-u aJ
(Jtl iiluj AjIc- ilil ^ n'l (jeslS ^ "N;
‘Menceritakan kepada kami Muhammad bin al Mutsanna, menceritakan Muaz bin Hisyam
dari bapaknya dari Qatadah dari Shalih Abu Kholil dari seseorang temannya dari Unimu
Salamah isteri Nabi S, dari Nabi ®, beliau bersabda:
yAj Aj a AfLa A_jjlj3 AfLa J! A (JaI ^ja ^ jij3 AAilk Cl 1 d'*
Stii dllj lsO Lll AfLa ^ *:.'t a d*' Cy? L " ^ a 4I *■ '•*j \ * aj^LAjjs
Ulu -~ v» n* L_li£ Ajlyki ^JA d^J) Aj^jul_il3 cl^l L-ljL^aC-j
“'t - 0 o 'o \ - 0 f 's 0
L 4 -A ' 'ld A \ 4 \ ^-s. L L *‘ \ 9 1 ^*» ^
^lluj 4 jIc. ^ aIIuJ ^9 (J-axJj (jLoll •k
‘Akan terjadi iktilaf saat matinya Khalifah, lalu seorang laki-laki akan keluar dari suatu kota
pergi menuju Makkah: lalu beberapa orang dari ahli Makkah mendatanginya, mereka
memaksanya keluar meskipun ia tidak menginginkannya. Orang-orang itu kemudian
membai’atnya di antara Rukun dan Maqom. Lalu dikirimlah sepasukan dari ahli Syams untuk
memeranginya, tetapi pasukan itu justru ditenggelamkan oleh (Allah) di al Baida (tempat
antara Makkah dan Madinah), ketika manusia melihat hal itu, “Abdal” (orang-orang shalih)
dari Syams dan “Ashaib” orang-orang terbaik dari ahli Iraq, mereka membai’atnya antara
Rukun dan Maqom. kemudian muncullah seorang laki-laki dari bangsa Quraisy, paman-
pamannya dari suku Kalb, ia lalu mengirimkan sepasukan untuk memerangi mereka (orang-
orang yang berbaiat kepada al Mahdi) namun mereka dapat mengalahkan mereka (pasukan
yang dikirim oleh lelaki Quraisy dari Kalb). Alangkah ruginya orang yang tidak ikut serta
dalam pembagian ghanimah perang melawan suku Kalb. ia (al Mahdi) lalu membagi
ghanimah, dan membina manusia dengan sunnah Nabi mereka shallallahu ’alaihi wasallam
dan menyampaikan Islam ke semua penduduk bumi’
[Sunan Abu Daud ‘Kitab al Mahdi’ no 3737 ]
Syarah:
Saya katakan:
Pada lafadz ini menunjukan penyebab datangnya ‘as Saffah dari suatu kota menuju Makkah
yang menunjukan Makkah dalam keadaan "huru-hara", dimana penguasanya yang
kharismatik (Khalifah) wafat sementara anak-anaknya saling berperang memperebutkan
posisi yang ditinggakan sang Khalifah’, sampai muncul seorang anak Khalifah sebagai
penguasa baru Makkah, namun dia adalah pemimpin yang lemah (tidak se kharisma
bapaknya); lalu hal inilah yang membuat para pendukung as Satfah alias al Mahdi datang
untuk memeranginya dan mengalahkannya; setelah itu barulah as Saffah datang menyusul;
pada lafadz ini, nabi mengatakan dengan kalimat “Rojulun min ahli Madinatiin”, yang hal ini
bermakna ‘as Saffah alias al Mahdi berasal dari penduduk muqim suatu kota yang ma’rifat
yakni ‘al Madinatu/^-^d'’ (ma’rifat dengan alif wa lam) yang bermakna nama kota itu dan
letak kota itu diketahui orang-orang, karena posisi kata-kata ‘Madinah’ disana majrur dengan
kasroh, yang bermakna as-Saffah alias al Mahdi itu benar-benar penduduk muqim suatu kota;
yang ini mengindikasikan bahwa kota itu bukan Madinah al Munawaroh, sebab, jika as
Saffah alias al Mahdi itu lama tinggal di Madinah al Munawwaroh tentunya dia tidak dikenal
dari awal dengan nama as-Saffah. Pada lafadz hadits ini, sosok as-Saffah alias al Mahdi itu,
disebutkan dengan “Rojulun min ahli Madinati” sementara musuh yang mengejar al Mahdi
itu disebut dengan lafadz “Rojulun min Quraisyiin Ukhwalahu Kalbun”, yang bermakna
musuh al Mahdi itu benar-benar dari Quraisy yang diketahui oleh orang-orang dan dia
didukung oleh Kalb.
Selanjutnya, perlu difahami latar belakang kenapa as Saffah alias al Mahdi itu keluar dari
kota tempat dia muqim sebelumnya, lalu pergi menuju al Hijaz, tidak lain semua wilayah
kekuasaan as Saffah telah dihancurkan dan direbut oleh musuh-musuhnya, yakni dari kaum
musyrik, munafiq, dan orang-orang kafir, sebagaimana makna sabda-nya yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah dari Abdullah bin Mas’ud:
‘..dan sungguh, sepeninggalku nanti Ahlibait-ku akan menemui musibah, bencana,
pengusiran...
[Dha’if, Sunan Ibnu Majah Kitab ‘Fitnah’ no 4072]
[makna hadits ini adalah di awal-awal kekuasaannya, sosok as Saffah akan diuji
kesabarannya oleh Allah di mana wilayah kekuasaannya mendapatkan ujian dan bencana
hingga ia harus pergi menuju al Hijaz (Makkah)...]
Kata-kata “al Madinah”, yakni kota asal al Mahdi, tidak lain adalah kota yang sudah
diketahui namanya oleh public dan kota itu berlokasi di wilayah Syams yang tidak jauh
letaknya dari wilayah al Hijaz; yakni dekat jalan haji penduduk Syams, yakni di dekat Kota
Busrah atau al Hauran; sebab didaerah inilah kelak Allah akan membinasakan pasukan besar
yang diutus oleh “as Sufyani” alias tokoh pemimpin Syams untuk menyusul al Mahdi.
Peristiwa ini dikenal dengan hadits Busrah, sebagaimana diriwayatkan oleh al Bukhari dalam
shahihnya dari Abu Huroiroh:
i , tWi
m i. u
i*\'. ' * ? :
‘Hari kiamat tidak akan tiba hingga api keluar dari tanah Hijaz yang bisa menyinari leher
Unta di Bushrah (Syams)’ [Shahih Bukhori Kitab Fitnah no 6585 dan Muslim no 5164]
Sedangkan mengenai ‘matinya seorang Khalifah’, sebagaimana dahulu Bani Abbas dapat
berkuasa dan mengalahkan Bani Umayyah di Damaskus setelah terpenuhinya tiga tanda.
‘ij-^A jjIj lW (jLa^ut-ill j Jjila <jJ J ^ Up UJ “W?. j .Ibij (jJ UjjiJ Jl3j
^ULdl A_ic.l_Ia]l dl ya ;CllUjl Aj^Ij Lil ^ jtil ^JC. (^jl ^ ^ ^La'JI (j^ j
Lo I ^ j A'i ‘ . ^ L 5 ^ ya 1 ‘i J, . «aji ^aJ ? olc-J Lil ^c..!] cdh .lixi j
'-fcJ 3 UJjAAU
‘Ali berkata, mengabarkan kepada kami al Hasan bin Rusyaidi daro Jabalah bin Faroowikh al
Tajiy dari Yahya bin Thufail dari an Nu’aiman bin Sarij dari Abu Hafsh al Azdiy dan yang
lain, bahwa al Imam Muhammad bin Ah ibnu Abdullah bin Abbas berkata: ‘sesungguhnya
kami memiliki tiga peristiwa penting yang berarti: mati-nya Thoghut Yazid bin Mu’awiyah,
dipenghujung 100 tahun, petaka (huru-hara) di Afrika; di saat itulah manusia akan menyeru
kekuasaan kepada kami (ketika itu Bani Abbas), kemudian datang penolong-penolong kami
dari al Masyriq sampai kuda-kuda mereka sampai di al Maghrib (Damaskus)...
[Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir ath Thabari dalam Tarikh-nya Juz 7 pasal ‘Al af- l>“A*JI yA
Ajaili. AjJJjoi (jc. j;--'l (_>uljc. d)l .Uc- (jjl L 5 \c. |jj a jjj’ 421 ]
[saya katakan: ‘ini adalah tanda akan berkuasanya Bani Abbas yang juga akan sama dengan
akan dikuasainya dunia oleh al Mahdi akhir jaman’]
Beberapa yang perlu dijelaskan dari hadits Abu Daud diantaranya:
1 .
Makna kata “Ikhtilaf’ dalam hadits itu adalah terjadinya perselisihan ketika wafatnya seorang
Khalifah (pemimpin); kemungkinan huru-hara kekacauan yang terjadi di Hijaz saat matinya
pemimpin mereka. Sebagian orang menakwilkannya terjadi perebutan kekuasaan antara anak-
anak Khalifah. Akan tetapi hal ini memiliki tafsir yang lain; bisa saja yang terjadi
pembunuhan atas anak-anak khalifah ketika wafatnya sang Khalifah, hingga tidak ada
seorangpun dari mereka yang berhasil menjadi pemimpin setelah ayah mereka. Adapun jika
hujjah-nya ada tiga putra khalifah akan saling berperang, hingga menyebabkan Hijaz kacau,
maka setidaknya salah satu dari mereka akan mengklaim sebagai pengganti posisi ayah
mereka, dan dia inilah yang dikalahkan oleh pendukung al Mahdi;
2 .
Hal tersebut juga terjadi pada era akhir Bani Umayyah, di mana ketika al Walid bin Yazid bin
Abdul Malik dibunuh, maka anak-anaknya yang telah ia nobatkan sebagai putra mahkota,
yakni al Hakam bin al Walid dan saudaranya Utsman bin al Walid, keduanya tidak sempat
mengklaim kekuasaan, dimana mereka dibunuh tidak lama setelah pembunuhan atas Khalifah
al Walid ayah mereka. Kekuasaan lalu beberapa saat jatuh kepada Yazid bin al Walid (saudara
al Walid) kemudian setelah Yazid wafat, ia digantikan oleh saudaranya Ibrahim bin al Walid,
lalu datang Marwan bin Muhammad dari al Jazirah yang menuntut darah Khalifah al Walid
bin Yazid yang dibunuh; dan setelah itu datang panji-panji hitam Bani Abbas yang
membinasakan semua Bani Umayyah. Oleh karena itu, sesuai ‘marhalah’, penguasa Saudi
yang berhasil memenangi perebutan kekuasaan itu akan diperangi oleh Mujahidin Panji
Hitam... ’wallahu’alam.
3.
Tasrif kata-kata Khalifah berasal dari: “cl^-Ulk-dalij-Cail adapun makna kata-kata /
Khalafa” yang maknanya “Pengganti” atau yang mengantikan tempat atau yang menduduki
tempat.
4.
Kemudian saya jelaskan bahwa kata-kata “Khalifah” dalam hadits ini bukanlah “Khalifah”
dalam arti sempit, yakni pemimpin Umat Islam semisal Abu Bakar atau Umar, sebagaimana
yang difahami kaum muslimin; namun maknanya ‘siapa saja yang menjadi pemimpin dan
pelayanan Haramain (Kota Makkah), entah itu dia Khalifah, Raja, Amir, Sulthan, atau
sebutan yang lain, maka dia itu disebut ‘Khalifah’. Hanya saja jika dia seorang dari Quraisy
yang memiliki kekuasaan mengurusi perkara umat, maka di sebut “aaiA”, sehingga
kesehariannya dia dipanggil dengan lakop ‘Amirul mukminin’.
Dalam al Qur’an, kata-kata Khalifah salah satunya terdapat dalam ayat:
‘Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat: ‘sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang Khalifah di muka bumi’ [QS. al Baqoroh, ayat 30]
5.
Lalu kata-kata itu kemasukan tambahan huruf “ta Marbutha” hingga menjadi ‘<Lk.’ hal
ini menandakan kuat dan mengakarnya kekuasaan siapa saja yang menjadi penguasa Hijaz
itu, sekalipun dia bukan dari Quraisy. Hal ini juga menujukan bahwa kerajaannya telah lama
menguasai Hijaz.
6 .
Maka kata-kata “<Lli.”, dalam hadits tersebut bermakna ‘yang menduduki tempat’ atau yang
menggantikan tempat yang dahulunya pernah sekian lama diduduki oleh Bani Hashim dan
Bani Umayyah, baik sebagai pelayan al Haramain, maupun menggantikan peran kenabian
dalam mengurusi kaum muslimin. Dikarenakan Khalifah tersebut, bukan orang yang berhak
atas kedudukannya, maka dia akan digantikan oleh seorang laki-laki yang diberi petunjuk dan
diridhoi oleh Allah, yakni “al Mahdi”, sehingga dalam lafadz riwayat al Baihaqi dan Ibnu
Majah namanya dikatakan “Khalifatullah al Mahdi”; sedangkan dalam riwayat ath Thabarani,
disebutkan dia berasal dari Bani Hashim, sehingga dia adalah “Khalifatullah al Mahdi min
Bani Hashim al Quraisyiin”.
(bersambung...)
Awal kemunculan as Saffah ke Hijaz 03 (selesai)
Bismillah...
Riwayat Imam Ahmad:
jAj 4_j 4fLa y* yyij 4 _lA_j 3 4fLa J! i-_1^1a A 1 jJug]' ja Aijlk Ajc.
l ' '. '1 . nr. J ^lllill Ajji (211 j ^llll Ijll (d-lullj 2 0-A j 3 ^l2ull ^ ^ ^ ^aULallj gjS^)ll jjjj Aj^xj12j3
^_yal AaAJIj ( t (k claj 2112 j X C .,V. Jj * k ^ Ijjtj ^SLall A-ill -" t (K A_llykS ^_y& ek^J) IjoOJ A_j^jul2j3
(JlH (jA*- 11 ^L 5 *^! Ajlj^J ~ ^ AjjaJ ^llll (JUall ) ■ 'q j3 ( t (k 4 Anr. 'j . : ~ (
2^ j' Cr?j^
Ketika wafatnya sang khalifah akan terjadi perselisihan, lalu ada seorang lelaki yang keluar
dari Madinah ke Makkah, setibanya (di Makkah) ia didatangi oleh sekelompok orang dari
ahli Makkah dan mereka mengusirnya, sementara ia tidak senang dengan perlakuan itu. Lalu
mereka membai’atnya di antara al Rukun wa al Maqom; lalu dikirimlah sepasukan dari
Syams kepada mereka, tapi mereka ditenggelamkan di Baida, apabila ada orang yang melihat
hal itu, maka ia (al Mahdi) akan didatangi oleh sekelompok orang dari Abdal Syams dan
Ashoib Iraq, maka mereka membai’atnya. Kemudian muncul seorang lelaki dari Quraisy,
yang paman-pamannya berasal dari keturunan Kalb. Lalu ada seorang ahli Makkah yang
mengutus pasukan kepadanya dan berhasil menaklukkan mereka, yakni utusan Kalb, dan
rugilah bagi siapa yang tidak menghadiri pembagian ghanimah Kalb. Lalu ia (Mahdi)
membagikan harta tersebut dan diberikan kepada orang-orang sesuai dengan sunnah Nabi
mereka maka Islampun tersebar di permukaan bumi.
[Musnad Imam Ahmad no 25467 dari hadits Ummu Salamah ]
Saya katakan:
Dalam lafadz riwayat Imam Ahmad ini hampir semakna dengan riwayat Imam Abu Daud;
hanya saja lafadz ini menjelaskan bahwa pada saat di Makkah, as-Saffah alias Imam Mahdi
(ketika di Makkah), maka ia didatangi oleh sekelompok ahli Makkah, awalnya mereka tidak
setuju kepadanya dan mengusirnya dan enggan membaiatnya, sebagaimana makna lafadz
‘Fayakhrijunahu’, hal ini menandakan pada awalnya ahli Makkah itu menolak kedatangan al
Mahdi dan hal ini menunjukan mereka mengetahui perihal al Mahdi itu sosok yang dicap
dunia dengan lakop ‘as Saffah’ sejak dari awal; lalu setelah proses dialog itu, mereka (ahli
Makkah) tidak dapat menolaknya dan menerimanya. Dengan kata lain, ada hal dari hadits ini
yang menunjukan ada proses dialog (al Hujjah) sebab as-Saffah alias al Mahdi sempat marah
ketika dia hendak diusir oleh orang-orang Ma kk ah.
Maka setelah itu, barulah ahli Makkah itu memberikan bai’at kepadanya di Rukn wal
Maqom; setelah itu muncul protes orang-orang Syams yang diketuai seorang laki-laki
Quraisy dari pemimpin Syams. Dia marah atas persetujuan ahli Makkah atas al Mahdi; ia lalu
mengerahkan bala tentaranya menyerang Makkah namun ia dibenamkan di al Baida;
nasrullah inilah yang memicu datangnya tokoh-tokoh Iraq dan Syams yang mengikuti jejak
ahli Makkah yang memberikan baiat kepada al Mahdi’
Dalam riwayat al Hakim dalam Mustarok (no 8564):
o* 0 A j l^ >! ./,r. y 3 a1 3? 3^3]
yA 3 ]:cJtsj 3^3 :3ts (4 ^3c.F l . ^ 343^ yA 3^3 3^ jaL 3 4 L * a ‘ aljiJL. I jjI£ fil
L_lK ‘Uujc- yA l_llk ’
‘Akan dibai’at seorang dari umatku antara al Rukn wal Maqom, pembabatannya mengikuti
kaidah Ahli Badr (yakni orang-orang sejumlah sahabat yang ikut Perang Badr, memberikan
bai’at pula para Ashaib Iraq dan Abdal as Syams, menyusul mereka dari pasukan as Syams
sampai di al Baidha, mereka dibenamkan; kemudian muncul laki-laki dari Quraisy yang
paman-paman dari pihak ibu-nya Kalb, Allah-lah memgalahkan mereka; berkata (rowi)
dikatakan: sungguh merugilah yang pada hari itu dari menyaksikan ghanimah Kalbin’
[al Mustadrok ‘Kitabul Fitan wal Malahim’ no 8564, 8446, Ibnu Hibban no. 6881; dari
Uminu Salamah]
Saya katakan:
Bahwa bai’at pertama bagi al Mahdi ketika ia setelah itu dikenal sebagai “as Saffah” yakni
ketika ia menerima amanah kekuasaan dari pasukan panji hitam sebagaimana makna dalam
riwayat Imam Ibnu Majah:
^ 4 UL, W ) {y 4 'di 3 ^c-iLa yA yulj T
‘Sekelompok manusia datang dari arah timur lalu menyerahkan kekuasaannya kepada al
Mahdi’
[Dha’if, Sunan Ibnu Majah Kitab ‘Fitnah’ no 4078]
Dan juga riwayat Imam Ibnu Majah yang lain di mana juga mengindikasikan bahwa al Mahdi
telah dibai’at sebelumnya, yakni sebelum Hijaz (Makkah) jatuh ke tangan “Pasukan Panji
Hitam”, sebagaimana riwayat Abdullah bin Ma’sud dari Nabi ® sabdanya:
‘(Jj3 yA ^jIj Iajjjoijj (_£Axj U J 'F" csiW 3*i tj!j S 34^ tt! jlkkl (JaI IjI
Ia^3l9Aj 3 ^ Lg ^ylakjs jjj:^ajja Ajylakj 513 y 3 ..3 ^jj-u diUljj ~3 ^
3I3 ^SJia tdlj eiljpi 3^ ^ 3 -k^ tA j!Aa \j& i ti.nG i &yk^ 34^ 3 a 1 yA 3^3’
‘Sesungguhnya kami adalah Ahlibait yang Allah telah memilihkan akhirat untuk kami atas
dunia. Dan sungguh, sepeninggalku nanti Ahlibait-ku akan menemui musibah, bencana dan
pengusiran, sehingga suatu kaum datang dari al Masyriq yang pada mereka bendera-bendera
hitam, mereka meminta (diterapkannya) kebaikan namun ditolak; lali mereka berperang dan
mendapatkan kemenangan, akhirnya mereka diberi apa yang mereka minta, lalu kaum
tersebut tidak mau menerima (kekhalifahan bukan haq mereka) sehingga mereka
menyerahkan urusan tersebut kepada seorang laki-laki dari Ahlibait-ku, lantas ia
memenuhinya dengan keadilan sebagaimana (sebelumnya) bumi dipenuhi dengan kejatahan.
Barangsiapa dari kalian mendapatinya, maka berbaiatlah walau dalam keadaan merangkak di
atas salju’
[Hasan lighairihi, Sunan Ibnu Majah Kitab ‘Fitnah’ no 4072. Isnad hadits ini dihukumi dhaif
dengan sebab rowi Yazid bin Abi Ziyad al Kufi (W. 136 H) dinilai lemah oleh jumhur, kecuali
adz Dzahabi yang menganggapnya ‘shaduuq’. Akan tetapi matan hadits ini mencocoki
sejarah. Hadits ini juga adalah bantahan bahwa al Mahdi itu dibai’at di Makkah pertama kali
lalu barulah ia menguasai dunia, sedangkan makna dari hadits ini menunjukan ia telah
memiliki kekuasaan sebelumnya, yakni sebelum Makkah takluk]
Koreksi atas riwayat al Hakim:
Kalimat ‘yubaaiya’ b rojulin min ummatiy...’, hal ini menandakan proses bai’at yang
pertama ketika berdiri ‘kekhalifahan ala minhajin an nubuwwah’; pada kalimat ini Nabi
masih mengunakan kata “Uinmati” dan belum menyebutnya “rojulun min quraisyiin”,
sebagaimana riwayat yang lain. Setelah bai’at ini, si Khalifah akan dikenal dengan lakop “as
Saffah” sebagaimana riwayat Imam Ahmad dan al Baihaqi; adapun publik belum
mengenalnya sebagai “al Mahdi” kecuali baru mengenalnya sebagai “as Saffah”; hujjah ini
memil ik i penguat pada lanjutan kalimatnya yang berbunyi ‘...ka’idaah Ahli Badar’, dimana
makna dari kalimat ini menunjukan posisi dan peran dari ‘Ashab Asyura dari Quraisy’;
adapun makna kaidah Ahli Badr juga menunjukan aktivitas dua kelompok elite muslimin di
awal pemilihan Khalifah yang bersidang di Tsaqifah Bani Saidah. Ketika itu, para tokoh
Anshor hanya berhak mengusulkan calon dari Quraisy, dan elite Quraisy-lah (yang memiliki
hak menentukan kepemimpinan, yakni Bani Hashim, Bani Umayyah, Bani Taim, Bani Asad
dan Bani Zuhrah) yang berhak memilih dan menentukan calon Khalifah yang diusulkan oleh
Anshor. Inilah makna dari kalimat tersebut, hanya saja kalimat ‘baina ar Rukn wal Maqom’,
maka hal ini kemungkinan ada kesalahan (wahm) dari salah satu rowi sehingga tercampur,
yakni antara kisah bai’at pertama yang tidak terjadi di Makkah, sedangkan bai’at di Makkah
terjadi setelah proses adu argumen antara al Mahdi dengan ahli Makkah, sebagaimana
ditunjukan dalam hadits Imam Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah. Nampaknya
sisipan kalimat yang keliru ini berasal dari salah satu rowi.
Adapun lafadz lain dari riwayat al Hakim tersebut selanjutnya sama dengan makna riwayat
yang lain.
Dalam riwayat Imam ath Thabarani:
4 (J jj-uj <JlB ^CllllB A-aLoj ^jc. BaH-g ( _jC. SbIjB l _jC. jaju l _jC. ^ Ljj ^^B^l jaC. UjB^.
djol J A_iic. Btl y ■
‘Menceritakan kepadaku Hafshoh bin Umar al Shobaah ar Raqi, menceritakan Ubaidullah bin
Amru dari Ma’mar dari Qatadah dari Mujahid dari Uinmu Salamah, dia berkata, Nabi ®
bersabda:
J Aj^ljIijB Ajja. ~ I B i ^AAiik Cll ja Bjc.
r,‘ii a yjdl (JIbjI j JaI *.-aj! ■ -~' r i3 . a..i-c I jj\^ IbI ya y'j^ y ^jb j
A^ujc. ya L_lLk ya a-AjHJI j ^ajJ j ? a^-lic. aylBll J Bill ^A^J^jB J' ^£j]| -V jB V..llS A_Jl^k!
JA ) \ a Al ClbjJ yjj 'l a ai Hai dllB ^^B yijxj (^1 AjI^^j yily (Jl yA^\ ~■ Ajj y£jl :j
BAH-a BjjjBa. JlaB 15J Aj l*u^^ bSiIbjjC.»
‘Akan terjadi perselisihan di sisi matinya seorang Khalifah, lalu keluarlah seorang lelaki dari
Bani Haashim dari suatu kota menuju ke Makkah, ia lalu didatangi oleh sekelompok orang,
lalu mereka membai’atnya di antara Rukn dan Maqom dalam keadaan dia tidak suka, lalu
diutuslah sepasukan dari Syams sampai mereka semua di al Baidha, lalu dibenamkan, lalu
datang bai’at dari Ashooib (pemimpin mulia dan pilihan) dari Iraq dan Abdaal (tokoh-tokoh)
dari Syams, dan (setelah itu) muncullah sosok laki-laki dari Syams yang paman-paman
mereka dari Kalb yang mengutus pasukan dari kalangan mereka, lalu Allah mengalahkan
mereka dengan mengurung mereka semua (maknanya menaklukan) yang mana ini adalah
hari Kalb, dan nyatalah kecewa (yakni rugilah) bagi yang rugi dari ghanimah Kalb... dan ini
adalah awal disampaikannya Islam ke seluruh dunia...
[Mu’jam al Kabir Juz 23 Pasal ‘k«Li y Cf- baL^’ hhn 390 no 931]
[Saya katakan: ‘hadits ini menguatkan bahwa sosok as Saffah yakni al Mahdi itu dari Bani
Haashim; sebab pada riwayat-riwayat yang lain hal ini tidak disebutkan; adapun di mana asal
dia keluar, yakni dari suatu kota yang kota itu ma’rifat diketahui lokasinya oleh umum sebab
kata-katanya dicirikan dengan alif wa lam...sedangkan lafadz selanjutnya sama dengan
riwayat yang lain... ’]
Wasallam. Selesai...